BESI TUANG
A. Pengertian Besi Tuang
Besi
tuang dapat di definisikan sebagai logam campuran dari besi yang
mengandung unsur karbon di atas 1,7 (biasanya mengandung unsur karbon
sekitar 2,4 - 4,2%)
B. Proses Pembuatan Besi Tuang

Gambar 1. Proses Pembuatan Besi
Terlihat dari gambar di atas bahwa bahan baku awal dalam pembuatan besi adalah biji besi (iron core). Biji besi yang didapatkan dari alam umumnya merupakan senyawa besi dengan oksigen seperti hematite (Fe2O3); magnetite (Fe3O4); limonite (Fe2O3); atau siderite (Fe2CO3).
Pembentukan senyawa besi oksida tersebut sebagai proses alam yang
terjadi selama beribu-ribu tahun. Kandungan senyawa besi dibumi ini
mencapai 5 % dari seluruh kerak bumi ini.
Penambangan
biji besi tergantung keadaan dimana biji besi tersebut ditemukan. Jika
biji besi ada di permukaan bumi maka penambangan dilakukan dipermukaan
bumi (open-pit mining), dan jika biji besi berada didalam tanah maka penambangan dilakukan dibawah tanah (underground mining).
Karena biji besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur dengan
kotoran-kotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan biji besi
tersebut terlebih dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan
konsentrasi biji yang lebih tinggi (25 - 40%). Proses pemurnian ini
dilakukan dengan metode : crushing, screening, dan washing
(pencucian). Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60 -
65%) serta memudahkan dalam penanganan berikutnya, dilakukan proses
agglomerasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Ø Biji besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk).
Ø Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran dengan cara pemisahan magnet (magnetic separator) atau metode lainnya.
Ø Serbuk biji besi selanjutnya dibentuk menjadi pellet berupa bola-bola kecil berdiameter antara 12,5 - 20 mm.
Ø Terakhir, pellet biji besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga temperatur 1300 oC agar pellet tersebut menjadi keras dan kuat sehingga tidak mudah rontok.
1. Proses Reduksi
Tujuan
proses reduksi adalah untuk menghilangkan ikatan oksigen dari biji
besi. Proses reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti hidrogen atau
gas karbon monoksida (CO).
Proses reduksi ini ada 2 macam yaitu proses reduksi langsung dan proses reduksi tidak langsung.
a. Proses Reduksi Langsung
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi besi spons (sponge iron) atau sering disebut: besi hasil reduksi langsung (direct reduced iron).
Gas reduktor yang dipakai biasanya berupa gas hidrogen atau gas CO yang
dapat dihasilkan melalui pemanasan gas alam cair (LNG) dengan uap air
didalam suatu reaktor yaitu melalui reaksi kimia berikut :

(gas hidro (uap air- (gas reduktor)
karbon) panas)
Dengan
menggunakan gas CO atau hidrogen dari persamaan diatas maka proses
reduksi terhadap pellet biji besi dapat dicapai melalui reaksi kimia
berikut ini :

(pellet) (gas hidrogen) (Besi- (uap air)
spons)
atau

b. Proses Reduksi Tidak Langsung
Proses ini dilakukan dengan menggunakan tungku pelebur yang disebut juga tanur tinggi (blast furnace).
Sketsa tanur tinggi diperlihatkan pada gambar 2. Biji besi hasil
penambangan dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan didalam tanur
tinggi dilakukan proses reduksi tidak langsung yang cara kerjanya
sebagai berikut :
Bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang telah dikeringkan (kokas).
Kokas dengan kandungan karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi
sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk gas CO yang
berfungsi sebagai reduktor. Untuk menimbulkan proses pembakaran maka ke
dalam tanur tersebut ditiupkan udara dengan menggunakan blower (gambar
2) sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut :

Gas
CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap biji yang
dimasukkan ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan
berguna untuk mencairkan besi yang telah tereduksi tersebut.
Untuk mengurangi kotoran-kotoran (impuritas) dari logam cair, ke dalam tanur biasanya ditambahkan sejumlah batu kapur (limestone). Batu kapur tersebut akan membentuk terak (slag)
dan dapat mengikat kotoran-kotoran yang ada didalam logam cair. Karena
berat jenis terak lebih rendah dari berat jenis cairan besi maka terak
tersebut berada dipermukaan logam cair sehingga dapat dikeluarkan
melalui lubang terak (lihat gambar 2)

Gambar 2. Konstruksi sebuah tanur tinggi
Besi hasil proses tanur tinggi ini disebut juga besi kasar (pig iron). Besi kasar ini merupakan bahan dasar untuk membuat besi tuang (cast iron) dan baja (steel). Komposisi
kimia unsur-unsur pemadu dalam besi kasar ini terdiri dari 3-4%C;
0,06-0,10%S; 0,10-0,5%P; 1-3 %Si dan sejumlah unsur-unsur lainnya,
sebagai bahan impuritas. Karena kadar karbonnya tinggi, maka besi kasar
mempunyai sifat yang sangat rapuh dengan kekuatan rendah serta
menampakkan wujud seperti grafit.
Untuk pembuatan besi tuang, besi kasar tersebut biasanya dicetak dalam bentuk lempengan-lempengan (ingot) yang kemudian di lebur kembali oleh pabrik pengecoran (foundry).
C. Proses Peleburan Besi Tuang
Peleburan besi tuang biasanya dilakukan dalam tungku yang sering disebut : Kupola.
Bentuk dan konstruksi Kupola tersebut hampir sama dengan konstruksi tanur tinggi (blast furnace)
seperti yang telah ditunjukkan dalam gambar 2. Bahan baku yang dilebur
terdiri dari ingot besi kasar yang dihasilkan dari proses tanur tinggi,
ditambah dengan skrap baja ataupun skrap besi tuang (return scrap).
Disamping itu penambahan bahan-bahan seperti ferosilikon (FeSi) dan feromangan
(FeMn) sering pula dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan
kembali kadar Si dan Mn dalam besi tuang karena sebagian dari kedua
unsur tersebut biasanya berkurang (hilang) akibat oksidasi pada saat
peleburan.
Bahan
bakar yang digunbakan adalah kokas dan dimasukkan ke dalam Kupola
selang seling dengan muatan logam. Proses pembakaran terjadi dengan
meniupkan udara ke dalam Kupola dengan menggunakan Blower. Untuk
mendapatkan proses peleburan yang baik maka perbandingan antara muatan
logam, bahan bakar dan kebutuhan udara harus dijaga sebaik mungkin.
Disamping
membutuhkan bahan-bahan seperti yang disebutkan diatas, ke dalam Kupola
juga ditambahkan sejumlah batu kapur. Bahan ini dapat membantu
pembentukan terak (slag) yang dapat mengikat kotoran-kotoran sehingga memisahkannya dari besi cair.
Proses
peleburan besi tuang dengan Kupola biasanya terjadi secara kontinyu
artinya begitu muatan logam mencair maka langsung mengalir keluar
tungku. Logam cair yang keluar dari Kupola ditampung pada alat perapian
depan (forehearth) yang kemudian diangkut dengan menggunakan
ladel untuk dituang ke dalam cetakan. Dengan proses peleburan seperti
itu maka sering kali mempersulit untuk melakukan pengaturan komposisi
kimia. Hal ini dapat mengakibatkan daerah komposisi kimia yang
dihasilkan menjadi lebar sehingga memberikan variasi pula terhadap
kualitas produk yang dibuat.
Disamping
itu kekurangan lainnya pada proses peleburan dengan Kupola yaitu logam
cair mudah mengalami kontaminasi oleh sulfur atau unsur-unsur lainnya
yang disebabkan oleh bahan bakar kokas. Pengotoran karena sulfur ini
dapat menurunkan sifat-sifat besi tuang.
Karena
kekurangan-kekurangan di atas, maka dewasa ini banyak pabrik pengecoran
menggunakan tungku listrik untuk menggantikan Kupola. Tungku listrik
yang banyak digunakan adalah dari jenis tungku induksi. Bahan baku yang
dilebur pada umumnya tidak menggunakan besi kasar melainkan sebagian
besar berupa skrap baja atau skrap besi tuang. Peleburan dengan tungku
ini dapat menghasilkan logam cair dengan komposisi kimia yang lebih
konsisten dengan kadar impuritas yang lebih rendah karena bahan baku
yang dilebur biasanya berupa skrap baja, maka untuk menaikkan kadar
karbon agar mencapai kadar yang sesuai untuk besi tuang biasanya
dilakukan dengan memasukkan sejumlah arang kayu ke dalam tungku.
Dalam pemakaian di industri, ada tiga jenis besi tuang yang banyak digunakan, yaitu : besi tuang kelabu (grey cast iron), besi tuang ulet atau besi tuang nodular (nodular cast iron) dan besi tuang putih (white cast iron).
Ketiga jenis besi tuang ini mempunyai komposisi kimia yang hampir sama
yaitu : 2,55 - 3,5 %C, 1-3 %Si, Mn kurang dari 1% sedangkan S dan P
dibatasi antara 0,05-0,10 % (maksimum).
Walaupun
komposisi kimianya hampir sama, tetapi karena prosesnya berbeda maka
struktur dan sifat-sifat dari ketiga besi tuang tersebut berbeda.
D. Macam-macam besi tuang
Besi tuang digolongkan dalam dua kelompok utama yaitu :
a. Besi tuang yang mengandung grafit (besi tuang kelabu).
b. Besi tuang yang tidak mengandung grafit (besi tuang putih).
a. Besi Tuang Kelabu
Bahan
untuk membuat besi tuang kelabu adalah besi kasar kelabu. Besi kasar
kelabu mempunyai kandungan silisium yang tinggi antara 1,5 – 5,5 % dan
kadar mangan yang rendah. Dengan kandungan silisium yang tinggi akan
meningkatkan terbentuknya zat arang bebas, sehingga setelah pendingin,
besi tuang kelabu mengandung grafit. Grafit muncul dalam besi sebagai
pelat-pelat tipis yang disebut lamel grafit. Bentuk dan banyaknya lamel
grafit tergantung dari campuran kimiawi dan kecepatan pendinginannya.
Silikon (Silisium) dan pendinginan yang lambat akan menaikkan pembentukan grafit. Sedangkan mangan dengan pendinginan yang cepat
akan
mengurangi pembentukan grafit. Lamel grafit mempunyai sifat lunak,
kekuatan tarik rendah, regangan kecil, dapat menerima gaya tekan yang
besar, meredam suara dan getaran. Besi tuang kelabu terdiri atas perlit
dan grafit. Perlit (pearlit) terdiri atas ferrit dan cementit.
Selain besi tuang berlamel grafit, masih ada dua jenis dari besi tuang kelabu yaitu : besi tuang mekanik atau besi tuang berlamel grafit halus, dan besi tuang speroidical atau besi tuang bergrafit bola.
a. Besi
tuang mekanik adalah besi tuang yang sepenuhnya terdiri atas grafit
halus. Besi tuang mekanik mempunyai sifat tahan gesekan, mempunyai
kekuatan kejut yang tinggi dan dapat dikeraskan.
b. Besi
tuang grafit bola juga sering disebut dengan nama besi nodular atau
besi ductile. Besi tuang ini mengandung grafit yang berbentuk bola
bundar, bagian tepinya tidak tajam dan strukturnya lebih bersambung.
Dengan adanya penambahan sedikit logam magnesium (Mg) pada besi cair sebelum penuangan, grafit akan berada dalam bentuk bola.
b. Besi Tuang Putih
Besi
tuang putih mempunyai bidang patahan berwarna putih, yang disebabkan
oleh sementit yang putih. Bahan baku untuk pembuatan besi tuang putih
adalah besi kasar putih. Besi kasar putih memiliki kandungan silisium
yang rendah kurang dari 0,5 % dan kadar mangan yang rendah. Karena kadar
silisium yang rendah menyebabkan hanya terbentuk sementit dan pearlit.
Dengan demikian besi tuang putih setelah didinginkan hanya terdiri atas
pearlit dan sementit.
Termasuk didalam kelompok besi tuang putih adalah sebagai berikut :
Ø Besi tuang tempa ada dua macam yaitu besi tuang black heart dan besi tempa white heart.
Ø Besi
tuang tempa black heart dibuat dari besi tuang putih dengan kandungan
silisium yang rendah, dipanaskan hingga temperatur + 9000 C, dalam dapur
yang selalu bebas dari oksigen di sekitarnya. Besi tuang putih tersebut
dimasukkan perlahan-lahan kedalam daerah pemanasan menggunakan rangka
bakar yang bergerak. Waktu pemanasan selama + 48 jam. Pemanasan yang
diperpanjang ini menyebabkan sementit hancur menjadi lapisan grafit yang
kasar, karbon akan mengumpul seperti bunga mawar pada temper karbon.
Permukaan pecahan tampak gelap karena kandungan karbon, sebab itulah
besi tuang ini disebut black heart. Oleh karena strukturnya terdiri atas temper karbon dan ferrite, maka menjadi lunak dan ulet (ductile). Besi tuang tempa black heart sering digunakan dalam industri mobil karena campuran antara sifat tuangan tahan getaran dan dapat dikerjakan dengan mesin.
Ø Besi
tuang tempa white heart dibuat dari besi tuang putih yang berkadar
silisium rendah. Dalam proses pembuatannya besi tuang putih ini
dipanaskan hingga temperatur + 1000 C selama 100 jam dan dihubungkan
pada bahan oksidasi, seperti misalnya bijih besi merah atau hemetit
(Fe2O3). Selama proses pemanasan, karbon pada permukaan tuangan
dioksidasikan oleh bijih hematite dan akan hilang sebagai gas karbon
dioksi (CO2). Sesudah prose ini selesai pada bagian yang tipis hanya
akan mengandung ferrit dan pada bagian pecahan akan memberikan warna
besi putih yang disebut white heart. Proses pembuatan besi tuang tempa white heart ini cocok untuk mengerjakan bagian-bagian tipis yang dikehendaki keuletan tinggi.
Ø Besi tuang keras dibuat dari besi kasar kelabu yang memiliki kadar silisium
yang tinggi antara 1,5 – 5,5 % dan kadar mangan yang rendah. Besi tuang
keras mempunyai lapisan luar yang tahan aus dan sangat keras, tetapi
bagian inti kurang keras dan kenyal. Pada proses pembuatannya, benda
tuang didinginkan secara cepat pada bagian luarnya, sedangkan bagian
intinya didinginkan secara perlahan-lahan. Untuk memperoleh kecepatan
pendinginan yang besar pada bagian luar prose penuangan dilakukan dengan
cara menuang ke dalam cetakan yang terbuat dari logam seluruhnya.
Ø Dengan
cara pendinginan seperti ini benda tuang memperoleh lapisan luar yang
terdiri atas besi tuang putih dan bagian inti yang terdiri atas baja
tuang campuran sampai ferrit. Besi tuang keras banyak dipakai untuk
pembuatan rol pada mesin cetak, mesin gilingan padai, dan mesin
penggiling karet.
E. Sifat Besi Tuang
- Keras dan mudah melebur/mencair
- Getas, sehingga tidak dapat menahan benturan
- Temperatur leleh 1250 derajat .
- Tidak berkarat
- Tidak dapat diberi muatan magnit
- Dapat dikeraskan dgn cara dipanasi kemudian didinginkan secara mendadak
- Menyusut waktu pendinginan/waktu dituang
- Kuat dalam menahan gaya tekan, lemah dalam menahan tarik kuat tekan sekitar 600 Mpa, kuat tarik 50 Mpa
- Tidak dapat disambung dengan las dan paku keling, disambung dengan baut dan sekrup.
F. Pemakaian Besi Tuang
- Pipa yang menahan tekanan dari luar sangat tinggi
- Tutup lubang saluran drainasi dan alat saniter lain
- Bagian struk rangka yang menahan gaya tekan
- Bagian mesin, blok mesin
- Pintu gerbang,tiang lampu
- Sendi, rol jembatan
- Kerangka mesin, seperti mesin bubut, mesin ketam, dan alat pengepres.
- Puli sabuk-v dalam motor dan mesin
- Pipa saluran.
- Pintu gerbang, tiang lampu dan sebagainya
G. Kelebihan Besi Tuang
Dibandingkan dengan baja tuang, ada beberapa keunggulan besi tuang ini, misalnya:
• Hasilnya akan lebih murah dibandingkan dengan baja tuang
• Temperatur peleburan lebih rendah, oleh karena itu “Dapur Kupola” dapat dipakai.
• Besi tuang cair akan lebih baik mengalirnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga cetakan (mould) dengan lebih sempurna.
• Hasilnya siap untuk dikerjakan lebih lanjut.
• Menghasilkan kombinasi kekuatan tarik dan tekan yang baik
• Tahan terhadap keausan, gerusan, dll.
• Tidak berkarat.
H. Kekurangan Besi Tuang
Dibandingkan dengan baja tuang, ada beberapa kekurangan besi tuang ini, misalnya:
• Tidak dapat di tempa.
• Tidak dapat disambung dengan paku keling atau dilas, dua buah besi tuang hanya dapat disambung dengan baut dan sekrup.
• Tidak dapat diberi muatan magnet
• Getas sehingga tidak dapat menahan lenturanPerbaikan Sifat Mekanis Besi Cor Kelabu Dengan Penambahan Unsur Crom dan Tembaga
oleh Agus Suprihanto, Yusuf Umardani dan Dwi Basuki Wibowo ~ hal 38-45
38
PERBAIKAN SIFAT MEKANIS BESI COR KELABUDENGAN PENAMBAHAN UNSUR CROM DAN TEMBAGA
Agus Suprihanto, Yusuf Umardani, Dwi Basuki Wibowo
Teknik Mesin Universitas Diponegoro SemarangKampus Undip Tembalang
ABSTRAKSI
Sifat mekanis besi cor kelabu dipengaruhi oleh laju pendinginan, tebal coran,perlakuan panas, perlakuan saat cairan dan penambahan unsur paduan.Beberapa penggunaan material ini membutuhkan kekuatan yang tinggi. Untuk memperbaiki kekuatannya dapat dilakukan dengan penambahan unsur paduanyang bersifat penggalak karbida seperti Cr dan Cu.Dalam penelitian ini pengaruh penambahan Cr dan Cu pada sifat mekanis besicor kelagu telah diteliti. Material dasar FC20 yang ditambah dengan Cr Cr 0,23 %, 0, 32% dan 0,47% serta Cu antara 0,6% to 0,7% telah diuji. Pengujianmetalografi dan tarik telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahanCr dan Cu terhadap sifat mekanis besi cor kelabu.Hasil pengujian tarik terlihat terdapat peningkatan kekuatan tarik sebesar 20%yaitu dari 191MPa menjadi 232MPa. Meskipun demikian hasil metalografimenunjukkan bahwa kesemua spesimen uji memiliki struktur mikro matrik perlit dengan grafit serpih tipe VII, distribusi A dan berukuran 3-5.
Kata-kata kunci: kekuatan tarik, besi cor kelabu perlitik, penggalak karbida, Cr dan CuPENDAHULUAN
Besi cor kelabu merupakan paduan Fe-C seperti halnya baja. Material inimerupakan salah satu material teknik yangbanyak digunakan. Hal ini disebabkanoleh kemudahan proses pembuatan,mampu dibuat secara masal dan biayaproses yang kompetitif dll. Meskipunbanyak menawarkan keuntungan, tetapiterdapat beberapa kekurangan yaitu sifatmekaniknya tidak setinggi baja (SurdiaTata, 1999)Guna memperbaiki sifat mekanisnya,besi cor lazim dipadu dengan unsurpaduan. Krom, molybdenum dan vanadiummerupakan unsur paduan yang mampubertindak sebagai penggalak karbida(
carbide promoteur
). Tembaga dan nikeladalah pembentuk grafit dan cenderunguntuk menjaga coran kelabu dan bebas dari
chill
sehingga efeknya terhadap ketahananaus tidak berbeda jauh dari efeknya dalammenekan pembentukan ferrit bebas, resikountuk pembentukan besi berkarbida yang
machinability
-nya rendah sangat dikurangi.
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan besi cor sebagai materialtromol rem tidak lepas dari sifat-sifat yangdimilikinya sesuai untuk tromol rem. Sifat-sifat tersebut yaitu memiliki konduktifitaspanas yang baik, kekuatan dan keuletanyang mencukupi, sifat gesekan yang baik,modulus elastisitas yang rendah untuk mengakomodasi tegangan akibat termal,bebas dari fasa-fasa yang tidak stabilterhadap temperatur dan kemampuanmenyerap getaran. Oleh karena itu besi coryang digunakan adalah tertentu yaitu besi
No comments:
Post a Comment